Konsep dan Pengertian Kemiskinan
Konsep Kemiskinan
Dalam suatu masyarakat mungkin tidak
ada yang miskin, tapi kesenjangan masih dapat terjadi di dalam masyarakat
tersebut. Sebagian besar dari penduduk miskin ini tinggal diperdesaan dengan
mata pencaharian pokok dibidang-bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya
yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional tersebut. Kehidupan
mereka bergantung
pada pola pertanian yang subsistem,
baik petani kecil atau pun buruh tani yang berpenghasilan rendah, ataupun
bekerja dalam sektor jasa kecil-kecilan dan berpenghasilan pas-pasan. Fenomena
banyaknya urbanisasi penduduk desa ke kota menunjukkan bahwa adanya
ketidakmerataan pembangunan di perdesaan. Terbatasnya fasilitas
umum, kecilnya pendapatan,
dan terbatasnya pekerjaan dan mencari kehidupan lebih baik menjadi alasan
urbanisasi ini. Permasalahan tersebut menyiratkan adanya ketidakmerataan dan
kesenjangan antara perdesaan dan perkotaan.
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Garis
Kemisikinan
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan
adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar
hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi
atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan)
lebih tinggi di negara maju daripada di negara
berkembang.
Hampir setiap masyarakat
memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan berguna sebagai
perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan
mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program
peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran
untuk menanggulangi kemiskinan.
Penyebab
Kemiskinan
Kemiskinan banyak
dihubungkan dengan:
- penyebab
individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan
pilihan adalah penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.
- penyebab
keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Penyebab
keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding
dengan pemasukan keuangan keluarga.
- penyebab
sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan
kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.
Individu atau keluarga yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah
contohnya.
- penyebab agensi,
yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya
adalah gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain.
Contoh lainnya adalah perbudakan.
- penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Dampak
Kemiskinan
Dampak
kemiskinan begitu bervariasi karena kondisi dan penyebab yang berbeda
memunculkan akibat yang berbeda juga.
Pengangguran
merupakan dampak dari kemiskinan, berhubung pendidikan dan keterampilan
merupakan hal yang sulit diraih masyarakat, maka masyarakat sulit untuk
berkembang dan mencari pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan.
Kriminalitas
merupakan dampak lain dari kemiskinan. Kesulitan mencari nafkah mengakibatkan
orang lupa diri sehingga mencari jalan cepat tanpa memedulikan halal atau
haramnya uang sebagai alat tukar guna memenuhi kebutuhan. Misalnya saja
perampokan, penodongan, pencurian, penipuan, pembegalan, penjambretan dan masih
banyak lagi contoh kriminalitas yang bersumber dari kemiskinan.
Putusnya
sekolah dan kesempatan pendidikan sudah pasti merupakan dampak kemiskinan.
Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan rakyat miskin putus sekolah karena tak
lagi mampu membiayai sekolah.
Kesehatan
sulit untuk didapatkan karena kurangnya pemenuhan gizi sehari-hari akibat kemiskinan
membuat rakyat miskin sulit menjaga kesehatannya. Belum lagi biaya pengobatan
yang mahal di klinik atau rumah sakit yang tidak dapat dijangkau masyarakat
miskin. Ini menyebabkan gizi buruk atau banyaknya penyakit yang menyebar.
Buruknya
generasi penerus adalah dampak yang berbahaya akibat kemiskinan. Jika anak-anak
putus sekolah dan bekerja karena terpaksa, maka akan ada gangguan pada
anak-anak itu sendiri seperti gangguan pada perkembangan mental, fisik dan cara
berfikir mereka. Ini dapat menyebabkan mereka terjebak dalam kesulitan hingga
dewasa dan berdampak pada generasi penerusnya.
Pertumbuhan Kesenjangan dan Kemiskinan
·
Hubungan antara Pertumbuhan dan
Kesenjangan
Data
decade 1970an dan 1980an mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi di banyak
Negara berkembang, terutama Negara-negara dengan proses pembangunan ekonomi
yang tinggi, seperti Indonesia, menunjukkan seakan-akan ada korelasi positif
antara laju pertumbuhan dan tingkat kesenjangan ekonomi: semakin tinggi
pertumbuhan PDB atau semakin besar pendapatan per kapita semakin besar
perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya. Semakin besar ketimpangan
distribusi pendapatan disebabkan oleh pergeseran demografi, perubahan pasar
buruh dan perubahan kebijakan public.
Dalam perubahan pasar buruh, membesarnya kesenjangan pendapatan dari
kepala keluarga dan semakin besarnya pendapatan dari istri dalam jumlah
pendapatan keluarga merupakan dua factor penyebab penting.
·
Hubungan antara Pertumbuhan dan
Kemiskinan
Dasar
teori dari korelasi antara pertumbuhan dan kemiskinan tidak berbeda dengan
kasus pertumbuhan dengan ketimpangan, seperti yang telah dibahas di atas. Mengikuti hipotesis Kuznets, pada tahap awal
proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan saat mendekati
tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur berkurang. Namun banyak factor lain selain pertumbuhan
yang juga mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat kemiskinan di suatu
wilayah/Negara seperti struktur pendidikan tenaga kerja dan struktur ekonomi.
Beberapa
Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan
1.
Indikator Kesenjangan
Ada
sejumlah cara untuk mengukur
tingkat kesenjangan dalam
distribusi pendapatan yang dibagi ke dalam dua kelompok pendekatan, yakni axiomatic
dan stochastic dominance. Yang sering digunakan dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan
pertama dengan tiga alat ukur, yaitu the Generalized Entropy(GE), ukuran Atkinson,
dan Koefisien Gini. Yang paling sering dipakai adalah koefisien gini.
2.
Indikator Kemiskinan
Karena
adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup batas garis kemiskinan yang
digunakan setiap negara berbeda-beda. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan
batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk
memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan (BPS, 1994). Untuk
kebutuhan minimum makanan digunakan
patokan 2.100 kalori per hari. Sedangkan
pengeluaran kebutuhan minimum bukan
makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang
dan jasa.
Kemiskinan di Indonesia
Antara
pertengahan tahun 1960-an sampai tahun 1996, waktu Indonesia berada dibawah
kepemimpinan Pemerintahan Orde Baru Suharto,
tingkat kemiskinan di Indonesia menurun drastis - baik di desa maupun di kota -
karena pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat dan adanya program-program
penanggulangan kemiskinan yang efisien. Namun, ketika pada tahun 1990-an Krisis Finansial Asia terjadi, tingkat
kemiskinan melejit tinggi, dari 11 persen menjadi 19.9 persen di akhir tahun
1998, yang berarti prestasi yang sudah diraih Orde Baru hancur seketika.
Tabel berikut ini memperlihatkan angka kemiskinan
di Indonesia, baik relatif maupun absolut:
Statistik Kemiskinan dan Ketidaksetaraan di Indonesia:
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
|
Kemiskinan Relatif
(% dari populasi) |
17.8
|
16.6
|
15.4
|
14.2
|
13.3
|
12.5
|
11.7
|
11.5
|
11.0
|
Kemiskinan Absolut
(dalam jutaan) |
39
|
37
|
35
|
33
|
31
|
30
|
29
|
29
|
28
|
Koefisien Gini/
Rasio Gini |
-
|
0.35
|
0.35
|
0.37
|
0.38
|
0.41
|
0.41
|
0.41
|
-
|
Sumber: Bank Dunia dan Badan
Pusat Statistik (BPS)
Tabel di atas menunjukkan penurunan kemiskinan
nasional secara perlahan. Namun, pemerintah Indonesia menggunakan persyaratan
dan kondisi yang tidak ketat mengenai definisi garis kemiskinan, sehingga yang
tampak adalah gambaran yang lebih positif dari kenyataannya. Tahun 2014
pemerintah Indonesia mendefinisikan garis kemiskinan dengan perdapatan per
bulannya (per kapita) sebanyak Rp. 312,328.
Faktor - faktor Penyebab
Kemiskinan
- Tingkat pendidikan yang rendah
- Produktivitas tenaga kerja rendah
- Tingkat upah yang rendah
- Distribusi pendapatan yang tidak seimbang
- Kesempatan kerja yang sedikit
- Kwalitas sumber daya manusia masih rendah
- Penggunaan teknologi masih kurang
- Etos kerja dan motivasi pekerja yang rendah
- Kultur/budaya (tradisi)
- Politik yang belum stabil
Kebijakan Anti
kemiskinan
Hubungan antara
pertumbuhan ekonomi, kebijakan, kelembagaan dan penurunan kemiskinan disajikan
dan gambar berikut ini.
Kebijakan lembaga
dunia mencakup World Bank, ADB, UNDP, ILO, dsb.
World bank (1990)
peprangan melawan kemiskinan melalui:
·
Pertumbuhan ekonomi yang luas dan
menciptakan lapangan kerja yang padat karya
·
Pengembangan SDM
·
Membuat jaringan pengaman social bagi
penduduk miskin yang tidak mampu memperoleh dan menikmati pertumbuhan ekonomi
dan lapangan kerja serta pengembangan SDM sebagai akibat dari cacat fisik dan
mental, bencana, konflik social atau wilayah yang terisolasi
·
World bank (2000) memberikan resep baru
dalam memerangi kemiskinan dengan 3 pilar:
·
Pemberdayaan yaitu proses peningkatan
kapasitas penduduk miskin untuk mempengaruhi lembaga-lembaga pemerintah yang
mempengaruhi kehidupan mereka dengan memperkuat partisipasi mereka dalam proses
politik dan pengambilan keputusan tingkat local.
·
Keamanan yaitu proteksi bagi orang
miskin terhadap goncangan yang merugikan melalui manajemen yang lebih baik
dalam menangani goncangan ekonomi makrodan jaringan pengaman yang lebih
komprehensif.
·
Kesempatan yaitu proses peningkatan
akses kaum miskin terhadap modal fisik dan modal manusia dan peningkatan
tingkat pengembalian dari asset asset tersebut.
·
ADB (1999) menyatakan ada 3 pilar untuk
mengentaskan kemiskinan:
·
Pertumbuhan berkelanjutan yang
prokemiskinan
·
Pengembangan social yang mencakup:
pengembangan SDM, modal social, perbaikan status perempuan, dan perlindungan
social
·
Manajemen ekonomi makro dan
pemerintahan yang baik yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan.
·
Factor tambahan:
·
Pembersihan polusi udara dan air
kota-kota besar
·
Reboisasi hutan, penumbuhan SDM, dan
perbaikan tanah
Strategi
oleh pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan:
- Jangka pendek yaitu membangun sector pertanian, usaha kecil dan ekonomi pedesaan.
- Jangka menengah dan panjang mencakup:
- Pembangunan dan penguatan sector swasta
- Kerjasama regional
- Manajemen APBN dan administrasi
- Desentralisasi
- Pendidikan dan kesehatan
- Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
- Pembagian tanah pertanian yang merata
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan http://mariyammariya.blogspot.com/2015/04/konsep-dan-pengertian-kemiskinan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_kemiskinan https://saefakipratiwi.wordpress.com/2012/03/08/dampak-kemiskinan/ https://andinurhasanah.wordpress.com/2012/11/08/kemiskinan-dan-kesenjangan/
http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/kemiskinan/item301
http://usernamesintia.blogspot.com/2015/04/kebijakan-anti-kemiskinan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_kemiskinan https://saefakipratiwi.wordpress.com/2012/03/08/dampak-kemiskinan/ https://andinurhasanah.wordpress.com/2012/11/08/kemiskinan-dan-kesenjangan/
http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/kemiskinan/item301
http://usernamesintia.blogspot.com/2015/04/kebijakan-anti-kemiskinan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar