Definisi
Etika
Etika berasal dari kata yunani ethos,
yang dalam bentuk jamaknya (ta etha) berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”.¹
Perpanjangan dari adat membangun suatu aturan kuat di masyarakat, yaitu
bagaimana setiap tindak dan tanduk mengikuti aturan-aturan, dan aturan-aturan
tersebut ternyata telah membentuk moral masyarakat dalam menghargai adat
istiadat yang berlaku.
Ilmu etika tidak bisa dikesampingkan
dari ilmu filsafat, ini terlihat dari usaha-usaha dalam menafsirkan etika
sering dilihat dari sudut pandang filsafat. Karena filsafat sering dianggap
sebagai induknya ilmu etika. Ini sebagaimana dikatakan oleh K. Bertens² bahwa, “Etika
adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia.”
Menurut Sigit (2012: 13), etika
merupakan pernyataan benar atau salah yang menentukan perilaku seseorang
tergolong bermoral atau tidak bermoral, baik atau buruk. Pernyataan etika ini
kemudian dituangkan dalam bentuk prinsip-prinsip etika yang secara normatif
dipergunakan untuk membimbing tindakan seseorang menjadi perilaku yang
bermoral. Perbuatan yang tidak menyenangkan seperti berbohong, mencuri, mengancam,
atau merusak milik orang lain dari sisi etika tergolong perbuatan yang tidak
etis dan tidak bermoral, sedangkan kejujuran, menepati janji, saling membantu
sesama, dan menghormati hak dan kewajiban orang lain merupakan perbuatan yang
secara etis dan moral sangat diharapkan untuk dilakukan oleh manusia.
Teori-Teori
Etika
Sumber utama penyusunan prinsip-prinsip etika adalah Aturan Emas
(Golden Rule) hubungan antarmanusia sebagai berikut: “Perlakukanlah orang lain
seperti halnya orang lain memperlakukan Anda.” Prinsip-prinsip ini lalu
diperkuat melalui institusi keagamaan, keluarga, sekolah, lingkungan pekerjaan,
media massa, kelompok etnis, dan internet. Seluruh pengalaman yang diperoleh
seseorang dalam pembelajaran kehidupan membentuk konsepsi tentang etika,
moralitas, dan hal-hal yang dapat diterima oleh lingkungan masyarakat. Akumulasi
konsepsi inilah yang selanjutnya menjadi “kompas” bagi perilaku dan tindakan
seseorang di kehidupan sehari-hari.
Secara umum, teori etika berkembang atas dasar paradigma kehidupan
manusia yang tidak utuh sesuai penalaran-penalaran rasional yang terbatas
kepada makna dan tujuan hidup manusia. Tabel 1.1 berikut meringkas keterkaitan
antarteori etika yang apabila dipadukan berubah menjadi teori tunggal berdasarkan
paradigma hakikat manusia secara utuh.
Sumber: diolah dari Agoes & Ardana (2009)
Sumber: diolah dari Agoes & Ardana (2009)
1.
Egoisme
Setiap
orang sesungguhnya hanya peduli pada dirinya sendiri. Dalam konsep egoisme
etis, bila seseorang belajar sampai larut malam agar bisa lulus ujian, atau
bekerja keras agar memperoleh penghasilan lebih besar, maka semua tindakan
tersebut lebih banyak didasari oleh kepentingan diri sendiri.
2.
Utilitarianisme
Teori
utilitarianisme dipelopori David Hume (1711-1776), dan dikembangkan oleh Jeremy
Bentham (1748-1832) serta John Stuart Mill (1806-1873). Teori ini berpandangan
suatu tindakan disebut baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota
masyarakat (the greatest happiness of the greatest numbers). Oleh karena
itu, teori utilitarianisme berprinsip tindakan harus dinilai benar atau salah
hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan, atau hasilnya).
3.
Deontologi
Teori
deontologi berisi keharusan bagi setiap orang untuk melaksanakan
perbuatan-perbuatan yang baik. Dengan demikian, etis tidaknya suatu tindakan
tidak berhubungan sama sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari
tindakan tersebut.
4.
Hak Asasi Manusia
Teori
HAM berasumsi bahwa setiap manusia mempunyai martabat yang sama, artinya jika
suatu tindakan merupakan hak bagi seseorang, maka tindakan yang sama tersebut
merupakan kewajiban bagi orang lain.
5.
Keutamaan
Teori
keutamaan (virtue theory) berhubungan dengan sifat atau karakter yang harus
dimiliki oleh seseorang agar disebut sebagai manusia utama atau manusia hina. Dalam
ilmu psikologi, karakter merupakan disposisi sifat atau watak seseorang yang
telah melekat atau dimiliki oleh seseorang dan mendorong orang tersebut untuk
selalu bertindak baik. Mereka yang selalu melakukan tingkah laku buruk secara
moral disebut manusia hina.
6.
Teonom
Teori
teonom menyatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh
kesesuaian hubungannya dengan kehendak Tuhan, dan perilaku manusia dianggap
tidak baik bila tidak mengikuti aturan-aturan atau perintah Tuhan seperti yang
tertulis dalam kitab suci.
Komponen
Etika
a.
Kebebasan
dan Tanggung Jawab
Pembahasan
masalah etika, mengambil objek material perilaku atau perbuatan manusia yang
dilakukan secara sadar. Dengan demikian maka etika harus melihat manusia
sebagai makhluk yang mempunyai kebebasan untuk berbuat dan bertindak sekaligus
bertanggung jawab terhadap perbuatan dan tindakan yang dilakukannya.
b.
Hak
dan Kewajiban
Hak dan
kewajiban merupakan hal yang sambung menyambung atau korelatif antara satu dengan
yang lainnya. Setiap ada hak, maka ada kewajiban. Kewajiban pertama bagi
manusia adalah supaya menghormati hak orang lain dan tidak mengganggunya,
sedangkan kewajiban bagi yang mempunyai hak adalah mempergunakan haknya untuk
kebaikan dirinya dan kebaikan manusia.
c.
Baik
dan Buruk
Baik
dan buruk bisa dilihat dari akibat yang ditimbulkan dari perbuatan baik maupun
buruk. Apabila akibat yang ditimbulkan dari perbuatannya itu baik, maka
tindakan yang dilakukan itu benar secara etika, dan sebaliknya apabila
tindakannya berakibat tidak baik, maka secara etika salah.
d.
Keutamaan
dan Kebahagiaan
Keutamaan
etika berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang pantas dikagumi dan
disanjung. Tindakan seperti itu berada pada tataran yang jauh melampaui tataran
tindakan yang vulgar dan biasa.
Pembagian
Etika
Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang
dikaitkan dengan etika. Etika dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Etika
Deskriptif, ialah etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan pola perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup
ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif ini termasuk bidang ilmu
pengetahuan empiris dan berhubungan erat dengan kajian sosiologi.
2.
Etika
Normatif, merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang di mana berlangsung
diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah-masalah moral. Etika
normatif adalah etika yang mengacu pada norma-norma atau standar moral yang
diharapkan untuk mempengaruhi perilaku, kebijakan, keputusan, karakter individu,
dan struktur sosial.
Referensi:
Fahmi, Irham. 2014. ETIKA BISNIS Teori, Kasus, dan Solusi. Cetakan
Kedua. Bandung: ALFABETA.
Sigit P, Tri Hendro. 2012. Etika Bisnis Modern. Edisi Pertama.
Cetakan Pertama. Yogyakarta : UPP STIM YKPN
Choiriyah, Nikmahtul, 2014. "ETIKA BELAJAR PESERTA DIDIK :
PERSPEKTIF SYEKH UMAR BIN ACHMAD BARADJA DALAM KITAB AL-AKHLAQ LI AL-BANAT", Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar