1. Phobia
Phobia adalah ketakutan yang berlebih-lebihan
terhadap benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak
beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan. Phobia merupakan suatu gangguan
yang ditandai oleh ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu
obyek atau situasi tertentu.
Contoh: Seorang anak yang jatuh ke sungai kemudian
tenggelam karena tidak bisa berenang menggeneralisasi peristiwa tenggelam itu
terhadap air sehingga anak tersebut menjadi phobia terhadap air.
Claustrophobia
Claustrophobia adalah ketakutan
akan ruang tertutup. Biasanya diklasifikasikan sebagai gangguan kecemasan
(anxiety disorder) dan sering berujung pada serangan kepanikan (panic attack).
Contoh : seseorang dengan claustrophobia akan
menghindari lift, takut ketika semua pintu dalam ruangan tertutup, berdiri
dekat dengan pintu keluar ketika dalam keramaian, tidak bersedia naik pesawat
atau kereta, dan bahkan menolak naik mobil ketika lalu lintas sedang padat.
Agoraphobia
Agoraphobia
adalah ketakutan yang disebabkan seseorang berada di tempat terbuka atau
kekhawatiran berlebih akan mengalami serangan panik di tempat umum.
Contoh: Tempat umum dan situasi yang umumnya menjadi
sumber ketakutan antara lain elevator, pertandingan olahraga di stadion,
jembatan, transportasi umum, pusat perbelanjaan, pesawat terbang, atau
kerumunan orang.
2.
Dorongan kodrat
Kodrat ialah
sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia
sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira,
berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia
mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan scbagainya. Seperti halnya orang yang menonton pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bcrsama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan scbagainya. Seperti halnya orang yang menonton pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bcrsama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
- Dorongan kebutuhan hidup
Sudah kodrat
pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup
itu pada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan
rohani
Kebutuhan jasmaniah misalnya ; makan, minum, pakaian, rumah. (sandang, pangan,
dan papan), ketenangan, hiburan, dan keberhasilan. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas baik kemampuan fisik/jasmaniah maupun kemampuan berpikimya. Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan jasmaniah misalnya ; makan, minum, pakaian, rumah. (sandang, pangan,
dan papan), ketenangan, hiburan, dan keberhasilan. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas baik kemampuan fisik/jasmaniah maupun kemampuan berpikimya. Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau
kebutuhan
manusia itu ialah :
- kelangsungan hidup (survival)
- keamanan ( safety )
- hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
- diakui lingkungan (status)
- perwujudan cita-cita (self actualization)
3. Adapun seorang ahli psikonalisa yang bernama Sigmund
Freud berpendapat, bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia
yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik dan kecemasan moril.
·
Kecemasan Obyektif
Kecemasan
tentang kenyataan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan
atau usaha bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam
lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya
dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa
seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat
dengan benda-benda tertentu atau keadaan tertentu dari lingkungannya. Contoh
kenyataan yang dialami seseorang seperti kecemasan yang dialami seorang anak
kecil yang mendapat perlakuan kejam dari ayahnya. Mungkin ia selalu cemas
ketika berhadapan dengan orang yang seusia ayahnya, tetapi ada pula yang
memberikan reaksi membalik, karena ia memendam, maka ia berusaha selalu untuk
ganti berbuat kejam sebagai pelampiasannya.
·
Kecemasan Neorotis (Syaraf)
Kecemasan ini
timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud,
kecemasan ini dibagi menjadi tiga macam yakni :
a). Kecemasan
yang timbul karena penyesuaian hati dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena
orang itu takut akan bayangannya sendiri, sehingga menekan menguasai ego.
Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seseorang yang gelisah, yang selalu
mengira bahwa sesuatu yang hebat akan terjadi.
b). Bentuk
ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia
adalah, bahwa intensitet ketakutan melibihi proporsi yang sebenarnya dari objek
yang ditakutkan. Misalnya seorang anak gadis takut memegang benda yang terbuat
dari karet. Setelah dianalisis, ketika masih kecil dulu ia sering diberi balon
karet oleh ayahnya, satu untuk dia dan satu untuk adiknya. Dalam suatu
pertengkaran ia memecahkan balon adiknya, sehingga ia mendapat hukuman yang
keras dari ayahnya. Hukuman yang didapatnya dan perasaan bersalah menjadi
terhubung dengan bola karet.
c). rasa takut
lain ialah rasa gugup, gagap dan sebagainya. Reaksi ini munculnya secara
tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan
merdekakan diri yang bertujuan membebaskan seseorang dari kecemasan neoritis
yang sangat menyakitkan dengan jalan melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh ia
meskipun ego dan superego melarangnya. Misalnya seseorang yang tidak bisa
menyanyi atau berbicara didepan umum, sehingga ia merasa gelisah, gemetar, dan
hilang keseimbangan, sehingga sulit berbicara atau bernyanyi.
·
Kecemasan Moril
Kecemasan moril
disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki macam-macam emosi
antara lain : iri, benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, rasa kurang.
Rasa iri, benci, dengki, dendam itu merupakan sebagian dari pernyataan individu
secara keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat. Oleh karena itu sering
alasan untuk iri, benci, dengki itu kurang dapat dipahami orang lain. Sifat-sifat
seperti itu adalah sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan
merasa khawatir, takut, cemas, gelisah dan putus asa. Misalnya seseorang yang
merasa dirinya kurang camtik, maka dalam pergaulannya ia terbatas kalau tidak
tersisihkan, sementara itu ia pun tidak berprestasi dalam berbagai kegiatan,
sehingga kawan-kawannya lebih dinilai sebagai lawan. Ketidakmampuannya menyamai
kawan-kawannya demikian menimbulkan kecemasan moril.
4. Manusia dan
keadilan
Keadilan memberikan
kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai persoalan juga tidak
memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan orang yang
bijaksana. Contoh Keadilan : Seorang koruptor yang memakan uang rakyat.
Koruptor di tangkap dan dimasukan kepenjara selama 2 tahun tanpa ada goresan
luka sedikit pun pada wajahnya. Hal tersebut mencerminkan bahwa hakim dan jaksa
di indonesia tidak adil pada rakyat kecil yang dikarenakan mencuri dompet
mendapatkan masa kurungan lebih dari sang koruptor, padahal koruptor lah yang
mencuri uang rakyat lebih banyak dari pada pencopet itu. Bahkan koruptor bisa
mendapatkan fasilitas yang istimewa bahkan seperti apartemen didalam penjara.
Selanjutnya untuk mewujudkan
keadilan sosial untuk diperinci perbuatan dan sikap yang perlu di pupuk yaitu:
- Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
- Sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
- Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan
- Sikap suka bekerja keras
- Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermamfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Ada Berbagai macam keadilan yang didefinisikan berlainan antara
lain :
A. Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan clan hukum merupakan
substansi rohani umum dan masyarakat yang membuat clan menjaga kesatuannya.
Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang
menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (Tha man behind the gun). Pendapat
Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan, Sunoto menyebutnya keadilan legal.
Keadilan timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk
memberi tempat yang selaras kepada bagian-bagian yang membentuk suatu
masyarakat. Keadilan terwujud dalam masyarakt bilamana setiap anggota
masyarakat melakukan fungsinya secara baik menurut kemampuannya. Fungsi penguasa
ialah membagi-bagikan fungsi-fungsi dalam negara kepada masing-masing orang
sesuai dengan keserasian itu. Setiap orang tidak mencampuri tugas dan urusan
yang tidak cocok baginya.Ketidakadilan terjadi apabila ada campur tangan
terhadap pihak lain yang melaksanakan tugas-tugas yang selaras sebab hal itu
akan menciptakan pertentangan dan ketidakserasian. Misalnya, seorang pengurus
kesehatan mencampuri urusan pendidikan, atau seorang petugas pertanian
mencampuri urusan petugas kehutanan. Bila itu dilakukan maka akan terjadi
kekacauan.
B. Keadilan Distributif
Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana
bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama
secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally). Sebagai
contoh, Budi bekerja selama 30 hari sedangkan Doni bekerja 15 hari. Pada waktu
diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi, yaitu perbedaan sesuai
dengan lamanya bekerja. Andaikata Budi menerima Rp.100.000,- maka Doni
harus menerima. Rp 50.000. Akan tetapi bila besar hadiah Ali dan Budi sama,
justru hal tersebut tidak adil dan melenceng dari asas keadilan.
C. Keadilan Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat
dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas
pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung
ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan
pertalian dalam masyarakat.
5.
Ilmu Berada
Ini
lokasi tujuan ku
Ini
tempat yang ku datangi
Disini
kelas yang ku hadiri
Disini
pertemuan ku ikuti..
Niat mantap ku bulatkan
Siapkan diri
timba ilmu
Perhatian ku
beri seutuhnya
Sikap manis ku
tunjukkan..
Disini
ku buru ilmu
Tempatnya
pengetahuan
Tak
bosan ku hampiri tempat ini
Tempat
ku menutut ilmu..
Gedung kokoh
nan nyaman
Hijau disana
sini
Senyum dosen
hiasi kelas
Inilah
gunadarma ku..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar